Selasa, 07 Agustus 2012


PENCERNAAN

Kecernaan Pakan Secara IN VIVO dan IN VITRO


Disusun oleh:

Aslia

C14100090



DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012


PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Setiap organisme pasti membutuhkan energy, energy yang diperoleh berasal dari makanan yang ia konsumsi. Makanan yang telah dikonsumsi akan dicerna terlebih dahulu. Pencernaan merupakan proses pengolahan makanan menjadi bahan yang sangat sederhana melalui proses fisik maupun kimiawi yang dilakukan oleh organ-organ pencernaan dalam tubuh, untuk selanjutnya diserap oleh tubuh. Makanan hasil serapan tubuh ini digunakan untuk melakukan proses metabolisme.

            Uji pencernaan akan dilakukan pada ikan. Alat pencernaan ikan meliputi mulut, rongga mulut, faring, esophagus, lambung, philorus, usus, rectum, kloaka, dan anus. Pada mulut, lambung dan usus terjadi proses pencernaan secara fisik. Mulut melakukan gerakan mengunyah, mencabik atau menggerus makanan, lambung dan usus selain melakukan mekanisme fisik dengan cara melakukan gerak lambung dan usus, tetapi juga melakukan mekanisme kimiawi dengan cara mengeluarkan emzim-enzim pencernaan. Hati dan pancreas merupakan organ yang dapat menghasilkan enzim pencernaan. Hati memiliki kantung empedu yang menghasilkan cairan empedu yaitu hasil sintesis hati berasal dari hemoglobin pada sel darah merah tua. Cairan empedu berperan sebagai emulsifikator lemak. Pancreas menghasilkan enzim protease, amylase, khitinase, dan lipase (Affandi, 2002).

1.2  Tujuan

Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui enzim mana yang paling banyak menghidrolisa protein dan emulsifikator mana yang paling banyak mengemulsi lemak.

II. METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum fisiologi hewan air dengan judul pencernaan, dilakukan pada hari Senin, tanggal 16 april 2012 bertempat  di laboratorium fisiologi hewan air, Departemen Manajemen Sumberdaya Perikanan, Institut Pertanian Bogor.

2.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah 6 buah tabung reaksi, timbangan, gelas ukur, alat bedah, mortar, erlemeyer, kertas pH, kertas saring, pipet, corong, botol semprot, lap, alat tulis.

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan, ekstrak enzim kasar, HCL, NaOH, akuades, daging ikan, ciran empedu, kuning telur ayam.

2.3 Prosedur Kerja

2.3.1 penyiapan crude enzim

2.3.1.1 Pepsin

            Lambung ikan diambil, dibedah lalu isinya dibuang dan dibersihkan dengan akuades. Lambung dhamparkan ditempat datar untuk dikerok bagian dalam nya untuk dapat mengambil mukosanya. Mukosa yang sudah dikumpulkan diblender dengan perbadingan 1:9 antara mukosa dengan akuades. Cairan enzim disaring dan di sentrifuse untuk diambil supernatanya.

2.3.1.2 Papain

            Papain dalam bentuk bubuk dilarutkan dengan perbandingan 1:9 antara papain dengan akuades.

2.3.1.3 Brolin

            Bagian buah nanas yang sudah rusak dihancurkan dengan blender. Ambil cairannya dan di sentrifuse untuk mendapatkan supernatannya.

2.3.1.4 Pankreas

            Pakreas ayam biambil dan diblender dengan komposisi 1:9 antara pancreas dengan akuades. Cairan disaring lalu di sentrifus untuk mendapatkan supernatannya. Enzim yang didapat merupakan enzi protease yang  akan aktif pada pH netral.

2.3.2 Pencernaan Protein Secara Invitro dengan Menggunakan Berbagai Jenis Enzim

            Lima tabung reaksi disiapkan dan masing-masing diisi dengan 3 potong kecil daging ikan serta 3 ml akuades. Tabung 1 sebagai control, tabung 2 dimasukkan ezim pepsin, tabung 3 diberi enzim papain, tabung 4 diberi enzim brolin,tabung 5 diberi enzim pancreas dengan 5 tetes HCL. Setiap 15 menit selama 1 jam tabung dikocok. Setelah 1 jam, isi tabung disaring dan diamati.

2.3.3 Pencernaan Lemak secara Invitro dangan menggunakan Enzim Pankreatik

2.3.3.1 Enzim Pankeras

            Pancreas ayam dihancurkan dengan blender dengan penambahan air dalam perbandingan 1:9. Cairan diambil lalu disentrifuse untuk mendapatkan supernatannya. Enzim yang dihasilkan merupakan enzim protease dan akan aktif apda pH netral.

2.3.3.2 Penyiapan Emulsifikator

            Cairan empedu ikan dan bagian kuning telur dari telur ayam diambil lalu dikumpulkan dalam wadah.

2.3.3.3 Pencernaan Lemak Secara invitro

            Tiga buah tabung reaksi disiapkan dan ditambahkan 5ml akuades serta 2ml minyak goreng dalam masing-masing tabung. Tabung 1 ditambahkan dengan 1 ml akuades, tabung 2 ditambahkan cairan empedu, tabung 3 ditambahkan 1 ml kuning telur. Tabung reaksi dikocok setiap 10 menit selama 1 jam.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

              Protein dapat dipecah dengan berbagai ezim yang terdapat dalam tubuh. Berikut merupakan hasil uji pencernaan protein dari 10 kelompok dengan menggunakan 2 enzim penguji:

Tabel 1. Hasil Pengukuran Pencernaan Protein oleh Enzim

Perlakuan
Kelompok
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kontrol
-
-
++
-
++
+
-
+
+
-
Brolin
++
++++
++++
++++
++++
+++
++
++
++++
+++
Pankreas
+++
+++
+++
+++
+++
++
++++
+++
+++
++

Keterangan :

-            :bening

+       : tak berwarna

++     : agak keruh

       +++   : keruh

       ++++ : sangat keruh

Berdasarkan tabel 1. Enzim brolin menghasilkan warna yang paling keruh, selanjutnya yang keruh adalah enzim pancreas, perlakuan control menhasilkan warna yang paling keruh diantara ketiga perlakuan. Artinya enzim yang paling baik memecah protein adalah enzim brolin.



Tabel 2. Hasil Pengamatan Emulsifikator Lemak

Pemecahan lemak dapat dilihat dari kecepat emulsinya dalam memisah. Berikut merupakan hasil pengujian yang dilakukan dengan 2 emulsifikator dalam waktu 60 menit:

Waktu/Perlakuan
Empedu
Kuning Telur
Kontrol
10
++
+++
+
20
++
+++
+
30
++
+++
+
40
++
+++
+
50
++
+++
+
60
++
+++
+

Keterangan:

+              Cepat

++           Lambat memisah

+++         Sangat lambat memisah

            Berdasarkan tabel 2 dapat dinyatakan bahwa kuning lemak dengan kuing telur paling lama memisah, setelah itu empedu. Artinya, kuning telur merupakan emulsifikator yang paling baik dalam pengujian ini.



3.2 Pembahasan

            Lipid merupakan kelmpok senyawa heterogen yang tidak dapat larut dalam air tetapi larut dalam pelarut non polar seperti eter, cloroorm dan benzene. Lemak merupakan cadangan energy yang baik dalam tubuh yang disimpan dalam jaringa lemak (Affandi, 2002).

             Berdasarkan percobaan, kuning telur merupakan pengemulsi lemak yang palin baik, kuning telur dapat mengikat lemak lebih kuat dibandingkan dengan caira empedu, namun kuning telur secara alami tidak terdapat dalam tubuh. Pengemulsian lemak dengan menggunakan kuning telur hanya bisa dilakukan dalam pencernaan invitro saja, bisa bermanfaat dalam proses pemasakan atau bidang kedokteran. Secara alaami tubuh menghasilkan enzim yang dapat memecah lemak seperti yang dijelaskan oleh Ika (2011) lemak dalam tubuh dicerna oleh enzim yang dihasilkan oleh hati. Dalam cairan empedu mengandung kolesterol, lemak, hormon pelarut lemak dan lestisin. Lemak dipecah dalam usus halus dengan batuan cairan empedu yang disimpan dan disalurkan melalui kantung empedu. Hati memiliki ductus brilialis yaitu saluran yang akan membawa cairan empedu menuju usus. Getah empedu merupakan hasil perombakan darah merah yang sudah tua.

            Protein harus dipecah terlebih dahulu sebelum dapat diserap oleh tubuh. Sintesis protein alam tubuh ikan terjadi pada hati, insang, usus, ginjal, dan limfa. Enzim yang melakukan sintesis protein adalah amino acyl tRNA synthase. Sintesis protein juga dipengaruhioleh factor abiotik seperti suhu, salinitas, dan oksigen (Affandi, 2002). Fungsi hati dalam pemecahan protein adalah mengubah asam amino menjadi energy untuk dpat dimanfaatkan oleh tubuh.

            Secara alami, pencernaan protein terjadi dalam tubuh melalui beberapa tahap. Pertama kali pencernaan protein terjadi di dalam lambung oleh enzim pepsin yang di ekskresikan oleh getah lambung. Enzim memecah senyawa protein menjadi proteosa dan pepton. Setiap enzim memiliki peranan yang khusus dalam mekanisme pencernaan protein, hasil dari mekanisme pertama akan menjadi substrat untuk mekanisme berikutnya, namun enzim juga memiliki penghambat yang dapan menurunkan kinerja setiap enzim. Pepsinogen disekresi oleh sel-sel peptik dari proventrikulus dan empedal, yang terjasi dalam pH 1,5 – 2. Konversi autokatalis pepsinogen menjadi pepsin dilakukan oleh Asam hidrokhlorat proventrikulus dalam pH asam yaitu dibawah 5 (Nasution, 2010).

           



IV. KESIMPULAN DAN SARAN



4.1 Kesimpulan

            Pencernaan berbagai jenis zat makanan dapat dilakukan secara alami dengan berbagai enzim yang di ekskresikan oleh organ-organ tubuh. Pencernaan juga bisa dilakukan secara invitro dengan penambahan enzim. Enzim yang paling baik untuk mencerna protein adlah brolin. Emulsifikator lemak yang paling baik adalah kuning telur.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi. 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekan Baru: unri press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar