Senin, 30 Juli 2012


1.Definisi Alat Tangkap

Kata “ trawl “ berasal dari bahasa prancis “ troler “ dari kata “ trailing “ adalah dalam bahasa inggris, mempunyai arti yang bersamaan, dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan kata “tarik “ ataupun “mengelilingi seraya menarik “. Ada yang menterjemahkan “trawl” dengan “jaring tarik” , tapi karena hampir semua jarring dalam operasinya mengalami perlakuan tarik ataupun ditarik , maka selama belum ada ketentuan resmi mengenai peristilahan dari yang berwenang maka digunakan kata” trawl” saja.

Dari kata “ trawl” lahir kata “trawling” yang berarti kerja melakukan operasi penangkapan ikan dengan trawl, dan kata “trawler” yang berarti kapal yang melakukan trawling. Jadi yang dimaksud dengan jarring trawl ( trawl net ) disini adalah suatu jaring kantong yang ditarik di belakang kapal ( baca : kapal dalam keadaan berjalan ) menelusuri permukaan dasar perairan untuk menangkap ikan, udang dan jenis demersal lainnya. Jarring ini juga ada yang menyangkut sebagai “jaring tarik dasar”.

Stern trawl adalah otter trawl yang cara operasionalnya ( penurunan dan pengangkatan ) jaring dilakukan dari bagian belakang ( buritan ) kapal atau kurang lebih demikian. Penangkapan dengan system stern trawl dapat menggunakan baik satu jarring atau lebih.

2. Sejarah Alat Tangkap

Jaring trawl yang selanjutnya disingkat dengan “trawl” telah mengalami perkembangan pesat di Indonesia sejak awal pelita I. Trawl sebenarnya sudah lama dikenal di Indonesia sejak sebelum Perang Dunia II walaupun masih dalam bentuk ( tingkat ) percobaan. Percobaan-percobaan tersebut sempat terhenti akibat pecah Perang Dunia II dan baru dilanjutkan sesudah tahun 50-an ( periode setelah proklamasi kemerdekaan ). Penggunaan jaring trawl dalam tingkat percobaan ini semula dipelopori oleh Yayasan Perikanan Laut, suatu unit pelaksana kerja dibawah naungan Jawatan Perikanan Pusat waktu itu. Percobaan ini semula dilakukan oleh YPL Makassar (1952), kemudian dilanjutkan oleh YPL Surabaya.

Menurut sejarahnya asal mula trawl adalah dari laut tengah dan pada abad ke 16 dimasukkan ke Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, dan negara Eropa lainnya. Bentuk trawl waktu itu bukanlah seperti bentuk trawl yang dipakai sekarang yang mana sesuai dengan perkembangannya telah banyak mengalami perubahan-perubahan, tapi semacam trawl yang dalam bahasa Belanda disebut schrol net.

3. Prospektif Alat Tangkap


Perkembangan teknologi menyebabkan kemajuan- kemajuan pada main gear, auxillary gear dan equipment lainny. Pendeteksian letak jaring dalam air sehubungan depth swimming layer pada ikan, horizontal opening dan vertical opening dari mulut jaring, estimate catch yang berada pada cod end sehubungan dengan pertambahan beban tarik pada winch, sudut tali kekang pada otter board sehubungan dengan attack angel, perbandingan panjang dan lebar dari otter board, dan lain-lain perlengkapan.

Demikian pula fishing ability dari beberapa trawler yang beroperasi di perbagai perairan di tanah air, double ring shrimp trawler yang beroperasi di perairan kalimantan, irian jaya dan lain-lain sebagainya. Perhitungan recources sehubungan dengan fishing intensity yang akan menyangkut perhitungan- perhitungan yang rumit, konon kabarnya sudah mulai dipikirkan. Semakin banyak segi pandangan, diharapkan perikanan trawl akan sampai pada sesuatu benntukl yang diharapkan.

5. Karakteristik

berdasarkan letak penarikan jaring yang dilakukan di kapal kita mengenal adanya stern trawl, dimana jaring ditarik dari buritan ( dalam segi operasionalnya ). Dimana banyak kapal trawl yang menggunakan cara ini, adapun karakteristik dari stern trawl ini antara lain:

Ø Stern trawl tidak seberapa dipengaruhi oleh angin dan gelombang dalam pelepasan jaring, tidak memerlukan memutar letak kapal

Ø Warp berada lurus pada garis haluan buritan sehingga tenaga trawl winch dapat menghasilkan daya guna maksimal sehingga pekerjaan melepas/ menarik dari jaring memerlukan waktu yang lebih sedikit, yang berarti waktu untuk jaring berada dalam air ( operasi ) lebih banyak

Ø Trawl winch pada stern trawl terpelihara dari pengaruh angin dan gelombang, dengan demikian dalam cuaca buruk sekalipun operasi masih dapat dilakukan dengan mudah

Ø Pada stern trawl akibat dari screw current jaring akan segera hanyu, demikian pula otter boat segera setelah dilepas akan terus membuka

Ø Karena letak akan searah dengan garis haluan- buritan, maka di daerah fishing ground yang sempit sekalipun operasi masih mungkin dilakukan, dengan perkataan lain posisi jaring sehubungan dengan gerakan kapal lebih mudah diduga

Ø Pada stern trawl, pada waktu hauling ikan-ikan yang berada pada cod end tidak menjadikan beban bagi seluruh jaring, karena cod end tersendiri ditarik melalui slip way, dengan demikian jaring dapat terpelihara

C. HASIL TANGKAPAN

Yang menjadi tujuan penangkapan pada bottom trawl adalah ikan-kan dasar ( bottom fish ) ataupun demersal fish. Termasuk juga jenis-jenis udang ( shrimp trawl, double ring shrimp trawl ) dan juga jenis-jenis kerang. Dikatakan untuk periran laut jawa, komposisi catch antara lain terdiri dari jenis ikan patek, kuniran, pe, manyung, utik, ngangas, bawal, tigawaja, gulamah, kerong-kerong, patik, sumbal, layur, remang, kembung, cumi,kepiting, rajungan, cucut dan lain sebagainya. Catch yang dominan untuk sesuatu fish ground akan mempengaruhi skala usaha, yang kelanjutannya akan juga menetukan besar kapal dan gear yang akan dioperasikan.

D. DAERAH PENANGKAPAN

Didalam alat tangkap trawl yang memiliki syarat-syarat fishing ground, antara lain sebagai berikut:

q Dasar fishing ground terdiri dari pasir, Lumpur ataupun campuran pasir dan Lumpur.

q Kecepatan arus pada mid water tidak besar ( dibawah 3 knot ) juga kecepatan arus pasang tidak seberapa besar

q Kondisi cuaca,laut, ( arus, topan, gelombang, dan lain-lain ) memungkinkan keamanan operasi

q Perubahan milieu oceanografi terhadap mahluk dasar laut relatif kecil dengan perkataan lain kontinuitas recources dijamin untuk diusahakan terus-menerus

q Perairan mempunyai daya prokdutifitas yang besar serta recources yang melimpah

E.ALAT BANTU PENANGKAPAN

Pada umumnya kapal-kapal trawl ini digerakkan oleh diesel ataupun steam. Kapal dilengkapi dengan trawl winch, sebagai tenaga penggerak ada yang menggunakan steam engine ( 45-75 HP ) bagi stream trawl dan ada pula yang memakai motor dari 60-90 HP bagi diesel trawl. Winch ini dihubungkan dengan warp, dan untuk mengontrol panjang warp dipasang brake.

Besar jaring yang dipakai berbeda-beda, dan untuk menyatakan besar jaring dipakai penunjuk “ panjang dari head rope “ yang biasanya dengan satuan feet atau meter.

F. TEKNIK OPERASIONAL ( SHOOTING & HAULING )

(1) kecepatan/lama waktu menarik jaring

adalah ideal jika jaring dapat ditarik dengan kecepatan yang besar, tapi hal ini sukar untuk mencapainya, karena kita dihadapkan pada beberapa hal, antara lain keadaan terbukanya mulut jaring, apakah jaring berada di air sesuai dengan yang dimaksudkan ( bentuk terbukanya ), kekuatan kapal untuk menarik ( HP ), ketahanan air terhadap tahanan Air, resistance yang makin membesar sehubungan dengan catch yang makin bertambah, dan lain sebagainya. Faktor-faktor ini berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan masing-masing menghendaki syarat tersendiri.

Pada umumnya jaring ditarik dengan kecepatan 3-4 knot. Kecepatan inipun berhubungan pula dengan swemming speed dari ikan, keadaa dasar laut, arus, angin, gelombang dan lain sebagainya, yang setelah mempertimbangkan factor-faktor ini, kecepatan tarik ditentukan .

Lama waktu penarikan di dasarkan kepada pengalaman-pengalaman dan factor yang perlu diperhatikan adalah banyak sedikitnya ikan yang diduga akan tertangkap., pekerjaan di dek, jam kerja crew, dan lain sebagainya. Pada umumnya berkisar sekitar 3-4 jam, dan kadang kala hanya memerlukan waktu 1-2 jam.

(2) panjang warp

factor yang perlu diperhatikan adalah depth,sifat dasar perairan ( pasir, Lumpur), kecepatan tarik. Biasanya panjang warp sekitar 3-4 kali depth. Pada fishing ground yang depthnya sekitar 9M ( depth minimum ). Panjang warp sekitar 6-7 kali depth. Jika dasar laut adalah Lumpur, dikuatirkan jaring akan mengeruk lumpu, maka ada baiknya jika warp diperpendek, sebaliknya bagi dasar laut yang terdiri dari pasir keras ( kerikil ), adalah baik jika warp diperpanjang.

Pengalaman menunjukkan bahwa pada depth yang sama dari sesuatu Fishing ground adalah lebih baik jika kita menggunakan warp yang agak panjang, daripada menggunakan warp yang terlalu pendek. Hal ini dapat dipikirkan sebagai berikut.bentuk warp pada saat penarikan tidaklah akan lurus, tetapi merupakan suatu garis caternian. Pada setiap titik –titik pada warp akan bekerja gaya- gaya berat pada warp itu sendiri, gaya resistance dari air, gaya tarik dari kapal/ winch, gaya ke samping dari otter boat dan gaya-gaya lainnya. Resultan dari seluruh gaya yang complicataed ini ditularkan ke jaring ( head rope and ground rope ), dan dari sini gaya-gaya ini mengenai seluruh tubuh jaring. Pada head rope bekerja gaya resistance dari bottom yang berubah-ubah, gaya berat dari catch yang berubah-ubah semakin membesar, dan gaya lain sebagainya.

Gaya tarik kapal bergerak pada warp, beban kerja yang diterima kapal kadangkala menyebabkan gerak kapal yang tidak stabil, demikian pula kapal sendiri terkena oleh gaya-gaya luar ( arus, angin, gelombang )

Kita mengharapkan agar mulut jaring terbuka maksimal, bergerak horizontal pada dasar ataupun pada suatu depth tertentu. Gaya tarik yang berubah-ubah, resistance yang berubah-ubah dan lain sebagainya, menyebabkan jaring naik turun ataupun bergerak ke kanan dan kekiri. Rentan yang diakibatkannya haruslah selalu berimbang. Warp terlalu pendek, pada kecepatan lebih besar dari batas tertentu akan menyebabkan jaring bergerak naik ke atas ( tidak mencapai dasar ), warp terlalu panjang dengan kecepatan dibawah batas tertentu akan menyebabkan jaring mengeruk lumpur. Daya tarik kapal ( HP dari winch) diketahui terbatas, oleh sebab itulah diperoleh suatu range dari nilai beban yan g optimal. Apa yang terjadi pada saat operasi penarikan, pada hakikatnya adalah merupakan sesuatu keseimbangan dari gaya-gaya yang complicated jika dihitung satu demi satu.

G. HAL YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN TANGKAPAN

Pada saat operasi, dapat terjadi hal-hal yang dapat menggagalkan operasi antara lain:

Ø Warp terlalu panjang atau speed terlalu lambat atau juga hal lain maka jaring akan mengeruk Lumpur

Ø Jaring tersangkut pada karang / bangkai kapal

Ø Jaring atau tali temali tergulung pada screw

Ø Warp putus

Ø Otterboat tidak bekerja dengan baik, misalnya terbenam pada lmpur pada waktu permulaan penarikan dilakukan

Ø Hilang keseimbangan, misalnya otterboat yang sepihak bergerak ke arah pihak yang lainnya lalu tergulung ke jaring

Ø Ubur-ubur, kerang-kerangan dan lain-lain penuh masuk ke dalam jaring, hingga cod end tak mungkin diisi ikan lagi.

Ø Dan lain sebagainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa,A.U.1983.Metode Penangkapan Ikan. Cetakan pertama. Faperik. IPB. Bogor

Subani,W. 1978. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia,jilid I. LPPL. Jakarta

The Gourack Ropework,Co.,ltd.1961. deep sea trawling and wing trawling

Ward,george,ed.1964. Stern trawling

























































Info Perikanan


Udang terutama udang penaeid merupakan komoditi ekspor perikanan utama, mempunyai potensi yang cukup tinggi. Daerah usaha penangkapan terutama perairan : Papua, sebagian Maluku, Kalimantan, Sulawesi Selatan, Jawa dan Sumatera.
Udang penaeid dan sejenisnya yang termasuk sumberdaya demersal, hidup didasar perairan dan gerakannya lamban dapat diusahakan dengan alat tangkap, seperti : pukat udang (baca: trawl udang), jaring tiga lapis/jatilap (trammel net), jaring insang dasar (bottom monofilament gill net), dogol/cantrang (danish seine), perangkap, jermal (stow net, tidal trap), togo, ambai, pukat tepi.
Udang barong yang habitat hidupnya di karang-karang (perairan karang) atau bebatuan dapat ditangkap dengan alat seperti : jaring insang karang (coralreef giil net), jaring hampar, bubu, tombak, pesambet.
Udang jambret/rebon dapat diusakan dengan alat tangkap seperti : sodo (push net), krakat, arat, jaring kantong bubu (bubu jermal).
Pukat Udang (BED Equipped Shrimp Net)
BED singkatan By-catch Excluder Device, tidak lain adalah jaring trawl yang telah mengalami modifikasi sedemikian rupa yaitu dengan menambahkan (menempatkan) bingkai jeruji pada bagian papan atau bagian perut antara badan (body) dan kantong (baca: cod end) yang fungsinya untuk meloloskan atau menyaring hasil tangkapan.
Deskripsi
Pukat udang pada prinsipnya terdiri dari bagian kantong (cod end), badan (body), sayap (wing), sewakan (otter board) dan tali-tarik (warp). Desain pukat udang pada prinsipnya adalah sama dengan pukat harimau atau jaring trawl lainnya., tetapi pada pukat udang ini dilengkapi dengan BED seperti telah dikemukakan.
Teknologi Penangkapan
Pukat udang ini dioperasikan dengan ditarik menelusuri dasar perairan oleh kapal berukuran 100 GT atau lebih dengan anak buah (crew) lebih dari 10 orang. Lama penarikan antara 1-2 jam tergantung keadaan daerah penangkapan (trawl ground). Daerah penangkapan dipilih yang permukaannya rata, berdasar lumpur atau lumpur-pasir. Operasi penangkapan dilakukan baik pada siang maupun malam hari, tergantung keadaan.
Daerah Penangkapan
Indonesia Timur (Papua dan Maluku).
Hasil Tangkapan Utama
Udang jerbung (Penaeus merguensis), U. windu (P. monodon), U. dogol (Metapenaeus ensis), U. krosok (Para penaeopsis spp.)
Trawl Udang Ganda (Double-rigged Shrimp Trawls)
Deskripsi
Trawl udang ganda adalah otter trawl yang dalam operasi penangkapannya menggunakan dua buah unit jaring sekaligus.
Dengan penggunaan trawl udang ganda ini terutama berpengaruh terhadap luas liputan area penangkapan. Dengan demikian diharapkan hasil tangkapannya menjadi berlipat ganda dibanding bila hanya menggunakan satu jaring.
Daerah Penangkapan
Perairan Papua (Laut Arafura) dan sebagian perairan Maluku (sekitar Kep. Aru).
Teknologi Penangkapan
Panjang jaring sekitar 33 m. Sedang papan trawl (otter board) berukuran 1,8 m panjang dan 1,4 m lebar, berat 500-562 kg/buah.
Dalam operasi penangkapan menggunakan kapal berukuran 300 GT, kekuatan 700 PK/HP. Mengenai tonase kapal yang dipakai ini bervariasi tergantung besar kecilnya jaring yang digunakan. Kapal untuk trawl udang ganda ini dilengkapi dengan dua derek (outriggers) yang dipasang pada kanan-kiri dari lambung kapal. Dalam keadaan operasi dengan keadaan derek yang telah dipasang terlihat seakan-akan seperti sayap.
Hasil Tangkapan Utama
Udang jerbung (Penaeus merguensis), U. windu (P. monodon), U. dogol (Metapenaeus ensis), U. krosok (Para penaeopsis spp.)
Pukat Harimau (Cungking Trawl)
Deskripsi
Pukat harimau atau lebih dikenal Cungking Trawl adalah termasuk otter trawl kecil atau dikatakan Mini Otter Trawl.
Pukat harimau adalah tipe shrimp trawl, berbentuk bulat panjang dengan sayap pendek. Jaring trawl ini dapat digolongkan tipe Meksiko.
Teknologi Penangkapan
Bahan jaring yang dipakai sintetik fibre (Polyethylene). Pelampungnya dari bahan plastik, berbentuk bulat dan mengecil pada kedua ujungnya. Kapal yang umumnya digunakan berbobot 15 ton (25 PK). Papan trawl berukuran 1,33 m panjang, 0,57 m lebar dan tebal 2,5 cm, berat 27 kg/buah. Jaring trawl yang dipakai berukuran panjang sekitar 12-18 m.
Bentuk kapal Cungkring trawl ini dibuat sedemikian rupa dengan luas relatif datar. Gerakannya sangat lincah, dapat menelusuri sampai perairan yang relatif dangkal sekali.
Hasil Tangkapan
Ikan (utama) dan udang (sampingan)
Dogol, Cantrang dan sejenisnya (Danish Seine)
Deskripsi
Dilihat dari bentuknya, alat tangkap ini menyerupai payang tetapi ukuran-ukurannya lebih kecil. Dilihat fungsi dan hasil tangkapannya ia menyerupai trawl, tetapi bentuknya lebih sederhana dan pada waktu penangkapan hanya menggunakan perahu layar atau perahu bermotor ukuran kecil.
Teknologi Penangkapan
Setelah jaring diturunkan dan melingkari sasaran yang dituju (umumnya dengan cara menduga-duga) kemudian dengan tali panjang (slambar, haul line) ditarik ke arah perahu (baca : perahu dalam keadaan dilabuh atau berhenti). Luas dasar perairan yang dapat ditelusuri (diliput) sangat tergantung pada panjang tali slambar (warp) yang digunakan. Penarikan jaring melalui tali slambar yang pada gilirannya penaikan jaring keatas perahu dilakukan dari salah satu sisi perahu.
Dogol, cantrang atau sejenisnya dapat juga digolongkan sebagai ”jaring trawl semu” (shadow trawl), sedangkan trawl yang sebenarnya disebut true trawl.
Daerah Penangkapan
Pantai Utara Jawa, Pantai Selatan Jawa, Madura, Lampung.
Hasil Tangkapan
Udang dan ikan demersal (petek, kerapu, sebelah, pari,cucut, gurita)
Jaring Tiga Lapis (Trammel Net)
Deskripsi
Ada yang menyebutnya ”jaring gondrong”, ”jaring tilek”,”jaring kantong”, ”jaring ciker” atau untuk mudahnya disebut jatilap (jaring tiga lapis). Jaring ini terdiri dari tiga lapis, yaitu dua lapis yang diluar mempunyai mata lebih besar, sedangkan lembaran jaring yang ditengah matanya lebih kecil dan dipasangnya agak longgar.
Teknologi Penangkapan
Dalam pengoperasiannya jaring ini dapat dilabuh (diset) di dasar maupun dihanyutkan. Ikan-ikan yang tertangkap karena terpuntal.
Hasil Tangkapan
Udang penaeid, Kuro/Senangin, Mayung, Bawal Hitam, Gulamah.
Jaring Insang Karang (Coral Reef Gill Net)
Jaring ini terutama dipergunakan untuk menangkap udang karang. Berbeda dengan jaring insang labuh lainnya, jaring insang karang ini tidak dilengkapi dengan tali ris bawah namun ada juga yang memakai tali ris bawah. Pemberat-pemberatnya berupa timah hitam diikatkan langsung pada bagian simpul jaring yang terbawah.
Daerah Penangkapan
Perairan karang atau tepatnya diatas karang-karang.
Hasil Tangkapan
Udang barong, spiny lobster
Bubu Udang, Perangkap Setengah Lingkaran
Deskripsi
Bubu merupakan alat tangkap yang umum dikenal nelayan. Variasi bentuknya banyak sekali, hampir di setiap daerah perikanan mempunyai model bentuk sendiri. Bentuk bubu ada yang seperti : sangkar (eages), silinder (cylindrical), gendang, segitiga memanjang (kubus) atau segi banyak, bulat setengah lingkaran, dll. Bahan bubu umumnya dari anyaman bambu. Secara garis besar bubu terdiri dari bagian-bagian badan (body), mulut (funnel) atau ijeb, pintu.
Untuk menangkap udang barong digunakan bubu khusus yaitu bubu silindris dan bubu bulat setengah lingkaran dengan mulut ditengah-tengah atas. Semetara untuk udang penaeid, kepiting/rajungan dapat ditangkap dengan bubu udang yang bahan-bahannya terbuat dari plastik.
Teknologi Penangkapan
Perangkap Setengah Lingkaran (Half Circling Traps)
Pemasangan atau penanaman perangkap ini menyerupai bangunan yang membentuk setengah lingkaran dengan darat pantai. Bahan yang digunakan bisa dnegan jaring (net), kere bambu ataupun susuna batu, Prinsip penangkapan ini ialah mengahdang ikan atau biota laut lainnya yaitu pada waktu pasang mendekat pantai dan waktu surut menjauhi pantai. Pengambilan hasil dilakukan pada waktu air surut dalam keadaan kering, setengah kering atau mungkinmasih tergenag air.
Hasil Tangkapan Utama
Udang barong
Daerah Penangkapan
Bubu Udang : Kep. Seribu, Bali, Lombok
Perangkap Setengah Lingkaran : Kep. Seribu, Ambon, Banda, Kupang, Sibolga, Padang, Bengkalis, Bau-bau, Muna, Kep. Aru, Maluku Tengah, Kendari, Madura, Jawa Timur.
Sumber :
Drs. Waluyo Subani, Ir. H.R. Barus. 1998/1999. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut.

 http://www.perikanan-diy.info/home.php?mode=content&submode=detail&id=203


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar